BIOSEKURITI AKUAKULTUR PADA BUDIDAYA IKAN
- Biosekuriti Direktorat PKH
- Jun 8, 2018
- 2 min read

Penerapan Biosekuriti di industri akuakultur saat ini dipandang penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Beberapa alasan pentingnya menerapkan biosekuriti pada kegiatan perikanan antara lain, pertama adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan di lingkungan/perairan, kedua, kondisi lingkungan terus berubah, ketiga, food safety bagi konsumen serta mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen. Apabila penerapan biosekuriti ini diabaikan, maka berbagai penyakit akan muncul pada hewan.
Salah satu pembudidaya ikan yang menerapkan biosekuriti di industri akuakultur adalah Bapak Yanto Hermansyah, pemilik Saung Apung Sindang Heula di Desa Ciminyak, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Penerapannya dalam merawat pertumbuhan ikan seperti ikan mas, nila, dan gurame yang digunakan untuk kebutuhan rumah makan yang dikelolanya. Adapun proses biosekuriti yang dilakukan adalah dengan melakukan seleksi pada benih ikan terlebih dahulu, lalu membersihkan tambak ikan secara rutin, mengganti jala yang rusak dengan segera, dan terkadang memberi vitamin kepada ikan untuk membantu meningkatkan pertumbuhannya. Untuk pakan ikan, Yanto menggunakan pelet berupa butiran-butiran yang terapung atau yang tenggelam, serta terkadang menggunakan bekas sisa-sisa makanan dari restoran yang diolah untuk dijadikan pakan ikan.
📷
(Bapak Yanto Hermansyah, pemilik Saung Apung Sindang Heula)
“Untuk perawatannya atau penerapan biosekuritinya masih konvensional aja, soalnya kan disini juga gak ada komunitasnya juga,” jelas Yanto.
Dikarenakan penerapan biosekuritinya masih konvensional, maka terjadi banyak hambatan yang dialami. Beberapa contoh hambatan atau kendala yang dialami Yanto dalam proses biosekuriti akuakultur antara lain, misalnya dalam pembersihan jala sering ditumbuhi plankton dan jamur yang menempel pada jala yang akan menghambat pertumbuhan ikan. Selain itu tumbuhnya tumbuhan liar seperti eceng gondok yang bisa menyumbat ke jala juga harus tetap diperhatikan. Yanto menambahkan, bahwa hambatan lainnya dalam proses biosekuriti ditentukan oleh keadaan cuaca yang terkadang tidak dapat diprediksi seperti air surut. Hal ini bisa menyebabkan kekeringan dan membuat ikan bertumpuk serta tidak mendapatkan sirkulasi udara yang baik sehingga berdampak pada kerugian para pembudidaya ikan.
Untuk penyakit yang terjadi pada ikan contohnya seperti seperti ada biasanya sulit dikendalikan, terutama pada jenis ikan mas. Virus jamur saprolegnia dan achlya, serta penyakit myxosoma bersarang pada insang ikan dan dapat menyebabkan penyakit insang. Munculnya virus ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang mempercepat perkembangan parasit seperti air yang kotor, pembusukan sisa-sisa makanan, pupuk, sampah dan pencemaran pestisida, penebaran ikan yang terlalu padat, daya tahan tubuh ikan yang lemah karena perawatan yang buruk, makanan yang kurang, kurangnya oksigen, perubahan suhu mendadak, serta masuknya benih-benih parasit melalui ikan, air, tumbuh-tumbuhan air, alat-alat perikanan, binatang renik, dan benda-benda lain.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan sekaligus penindakan dalam proses biosekuriti, di antaranya, mengganti jala yang sudah tidak layak pakai, menjaga kebersihan kolam dan kejernihan air, menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada tubuh ikan, melakukan persiapan lahan yang benar, dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekebalan non spesifik dengan pengaplikasian imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glucan dan pemberian probiotik.
コメント