RUBRIK CEGAH
- Biosekuriti Direktorat PKH
- Jun 8, 2018
- 5 min read
Wawancara bersama Ketua Prodi Kedokteran Hewan UNPAD Endang Widyastuti
1. Antraks pada Sapi
Anthrax (antraks) adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis.
Penyakit antraks merupakan suatu penyakit zoonosis yakni penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan bahayanya penyakit ini menular jika manusia mengkonsumsi daging dari ternak yang terkena penyakit antraks tersebut.
Penyakit antraks ini dapat mempengaruhi ternak dan hewan liar, manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang sakit.


Penularan penyakit antraks ini juga bisa dari orang yang memakan daging dari hewan yang terkena antraks tersebut. Penularaya sendiri bisa terjadi jika pekerjaan orang tersebut di kandang ternak yang terinfeksi antraks, dan terkadang bisa saja dari kadang yang kotor lewat permukaan kulit. yakni berupa luka atau kulit yang tersayat sehingga menjadi jalan masuknya kuman dan menyebaabkan antraks.
Hewan mati mendadak juga di duga sebagai antraks, penanganannya juga harus lebih baik. Biasanya hewa-hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, domba tapi paling sering pada sapi. Maka dari itu menjaga kesehatan lingkungan hewan dan kebersihannya merupakan hal yang penting. Dan penyakit ini tentunya harus di waspadai.
“Penyebab dari antraks sendiri itu bakteri Bacillus Anthracis yang mana bakteri ini bisa berpindah dari hewan ke hewan atau hdari ewan ke manusia lewat luka yang terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Dikhawatirkan ada ketidak tahuan dari peternak jika hewannya terkena antraks dan memotong dagingnnya sembarangan jadi berbahaya” tutur drh. Endang Widyastuti, Ketua program studi Kedokteran Hewan Universitas Padjajaran.
Bakteri yang sudah keluar dan mencemari lingkungan akan melindungi dirinya dengan capsula. Yang mana menyebabkan bakteri itu dapat bertahan hingga 20 tahunan. Maka di beberapa wilayah antraks kerap kali dijumpai karena lingkungannya pernah terjadi kasus itu.
Ciri-ciri dari sapi yang terkena antraks sendiri adalah sapi itu mengalami depresi, demam tinggi dan langsung mati, maka dari itu hewan yang tiba-tiba mati bisa dianggap sebagai hewan yang pantas untuk di curigai terkena antraks Sedangkan,
Sedangkan, ciri-ciri manusia yang terkena antraks yakni mengalami borok, atau terdapat luka yang kehitaman kemudian untuk antraks karena makan daging itu bisa muntah-muntah.
Maka dari itu pengawasan pada kebersihan dan kesehatan sapi sangatlah penting. Dan jika hewan itu diketahui megalami penyakit antraks maka biasanya hewan itu akan dipisahkan dari hewan lainnya lalu dilakukan vaksinasi yang mana misalnya ada satu sapi yang tertular, maka semua harus di vaksin.
1. Waspada Penyakit pada Ambing Sapi
Penyakit radang ambing atau yang dikenal sebagai mastitis merupakan salah satu dari masalah utama dalam peternakan sapi perah karena menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp.10 juta/ekor/tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi susu, penurunan kualitas susu, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal, serta pengafkiran dini sapi produktif.
Selain kerugian ekonomis, penyakit mastitis secara tidak langsung dapat berdampak pada kesehatan manusia.
Peningkatan kejadian penyakit mastitis, diikuti dengan peningkatan penggunaan antibiotika, yang pada akhirnya akan berpotensi meningkatkan residu antibiotik dalam air susu dan potensi peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika. Residu antibiotika ini nantinya dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang bisa berakibat fatal bagi manusia.

Mastitis sendiri adalah penyakit radang pada ambing bagian dalam yang di sebabkan mikroorganisme patogen atau bakteri penyebab mastitis di dalam kelenjar susu serta adanya reaksi peradangan pada jaringan ambing. Mastitis terjadi karena adanya infeksi mikroorganisme baik bakteri, jamur maupun ragi yang menyerang ambing sapi, level infeksi dipengaruhi beberapa faktor seperti tingkat laktasi, umur sapi, dan ketuntasan pemerahan.
Bakteri-bakteri infeksius tersebut dapat masuk ke ambing sapi dan menyerangnya disebabkan adanya situasi mendukung perkembangbiakan, seperti adanya luka pada ambing karena kasarnya proses pemerahan, atau karena tergores sesuatu di lantai kandang sehingga menjadi jalan masuknya bakteri. Hal ini diperparah dengan kebersihan kandang yang kurang optimal sehingga jumlah bakteri di sekitar sapi pun meningkat dan siap menyerang sapi disaat pertahanan tubuhnya lemah. Terutama pada masa-masa pergantian cuaca, panas menyengat atau hujan deras yang sangat dingin.
Gejala klinis mastitis yang dapat diamati antara lain yakni terjadi penggumpalan pada susu saat diperah bahkan warna susu dapat berubah menjadi kekuningan atau bahkan kemerahan, adanya penurunan produksi susu, saat dilakukan uji alkohol di tempat penampungan susu maka susu akan terlihat pecah. Pada kondisi yang cukup parah, nafsu makan sapi akan berkurang, sapi mengalami demam, pada bagian ambing akan terasa panas, merah dan lebih sensitif.
Apabila mastitis tersebut telah diderita oleh sapi itu dalam jangka waktu yang lumayan lama (kronis), maka ambing sapi dapat mengeras. Tampak juga adanya luka radang bahkan membusuk, ambing tidak dapat menghasilkan susu, dan hanya keluar cairan bening kekuningan.
Mastitis biasanya menyerang ambing per-quartir (bagian) yaitu dari keempat ambing mungkin saja hanya satu atau dua yang terinfeksi. Namun kita harus tetap waspada karena infeksi dapat menular ke ambing yang lain, hingga ke semua ambing bisa terkena mastitis.
Maka dari itu pencegahannya bisa dilakukan dengan cara ketikan akan melakukan pemerahan harus dilakukan secara sinergis antara peternak dan tenaga medis kedokteran hewan dari Dinas Peternakan di kawasan peternak. Bisa juga dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan perusahan kemitraan setempat.
Penanggulangan mastitis dapat diawali dengan menjagaaan sanitasi kandang yang baik, kebersihan lantai, alat perah, dan tangan peternak saat pemerahan harus diperhatikan. Manajamen pemeliharaan pakan dan kandang juga harus sesuai dengan standard peternakan yang baik dan benar. Vaksinasi sebaiknya dapat dilakukan dengan menggunakan strain vaksin yang sesuai dengan agen infeksi di daerah setempat.
Saat ini Dinas Peternakan sudah mulai menggalakkan vaksinasi mastitis sebagai pencegahan aktif dan mendukung produski susu dalam negeri.
1. Toksoplasma pada Kucing
Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan favorit yang menjadi hewan peliharaan kesayangan keluarga. Tingkahnya yang lucu dan mudah dalam perawatan merupakan beberapa alasan utama mengapa banyak orang yang memilih kucing sebagai hewan peliharaan di rumah. Namun dengan memelihara kucing tentunya harus mengetahui juga resiko penyakit dan cara menjaga kesehatan kucing tersebut.
Adapun penyakit yang disebabkan oleh parasit yang merupakan suatu infeksi pada kucing disebut toksoplasma.
Toxoplasmosis atau toksoplasma adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit toxoplasma gondii. Parasit toxoplasma ini terdapat pada hampir semua hewan berdarah panas khususnya pada anjing, kambing, tikus, burung dan kucing.
📷
Infeksi toxoplasma sebenarnya tidak terlalu berbahaya bagi orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, namun tidak demikian bagi mereka yang mengalami gangguan sistem imun (seperti HIV/AIDS) dan wanita hamil.
Infeksi toxoplasma pada wanita hamil sebenarnya tergolong rendah karena pada tubuh wanita hamil telah memiliki antibodi terhadap infeksi, namun perlu diwaspadai mengingat dampak buruk yang ditimbulkan pada janin. Infeksi toxoplasma pada janin (congenital toxoplasmosis) dapat menyebabkan gangguan funsi otak, mata, ginjal, jantung dan lainnya. Infeksi jangka panjang dapat menyebabkan kebutaan, tuli dan keterbelakangan mental.
“Ciri-cirinya secara umum tidak terlihat berbahaya namun bisa dicurigai jika wanita yang hamil mengalami keguguran terus menerus bisa jadi salah satunya adalah terjangkit penularan dari toksoplasma itu sendiri, dan untuk penyebarannya sendiri salah satunya bisa melalui feses kucing yang berdarah. Maka sebagai pemilik kucing kita harus sangat menjaga kebersihan dari kucing kita, jika kita tidak bersih artinya kucing kita bisa kurang terurus dan dapat buang air besar sembarangan kemudian kita setelah kita belai-belai kucing dan tanpa mencuci tangan kita memakan sesuatu maka,bisa saja terjangkit jika tidak menjaga kebersihan diri” terang drh. Endang Widyastuti, Ketua Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Padjajaran.
Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah toksoplasma pada kucing maupun pemiliknya antara lain yaitu:
l Menjaga Kesehatan Kucing
📷
Sama seperti hewan peliharaan lain, kucing memerlukan perawatan khusus agar terhindar dari penyakit dan tetap sehat. Salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan kandang. Jangan sampai kandang kucing kotor karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada kucing.
Untuk menjaga kebersihan kandang kucing biasakan untuk mencuci dan memberi disinfektan pada kandang. Setiap membersihkan kotoran kucing usahakan untuk mengganti dan membersihkan tempat buang air kucing jika terdapat dalam kandang. Sebisa mungkin hindari bau dan kotoran pada kandang kucing, jangan terlalu lama membersihkan dan mengganti pasir maksimal dua hari karena bau dapat menyebabkan lalat menempel dan mengindikasikan penyebaran penyakit toksoplasma. Sebaiknya ajarkan kucing untuk membuang kotoran pada tempatnya agar tidak di sembarang tempat, melainkan di kotak pasir yang telah disediakan.
l Jangan terlalu sering kontak langsung dengan kucing
📷
Walaupun memelihara kucing menyenangkan, namun sebaiknya untuk tidak terlalu sering mengelus bulunya atau bahkan mencium–cium karena terlalu gemas. Jika dilakukan terlalu sering maka resiko terjadi penyebaran penyakit toksoplasma dapat terjadi.
Selain itu bulu dari kucing juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Sebaiknya selalu mencuci tangan sebelum atau setelah memegang kucing dengan menggunakan air mengalir dan sabun agar pada saat menyentuh makanan tangan tetap bersih.
l Penuhi jadwal vaksin dan pemeriksaan rutin
📷
Vaksinasi pada kucing sangat dibutuhkan untuk menghindari beberapa penyakit berbahaya seperti Panleucopenia, Calicivirus, Chlamydiosis, Rabies, dan Toksoplasma. Agar kucing kesayangan terhindar dari penyakit tersebut sebaiknya memeriksakan kedokter hewan secara rutin minimal dua bulan sekali dan memberikan vaksinasi secara rutin dan berkala
コメント