top of page

Teknik Pengujian Produk Hewan di Balai Veteriner Subang

  • Writer: Biosekuriti Direktorat PKH
    Biosekuriti Direktorat PKH
  • Jun 8, 2018
  • 3 min read

Masih ingatkah pada wabah avian influenza alias flu burung yang menyerang ternak ayam terutama ayam petelur pada tahun 2003? Wabah ini menimbulkan berbagai dampak seperti dampak sosial terhadap masyarakat menjadi takut mengkonsumsi bahan pangan asal hewan seperti daging unggas dan telur.

Di bidang ekonomi terjadi kerugian yang sangat besar yang berakibat  menurunnya produktivitas yang disebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada ternak unggas. Sedangkan populasi unggas di Indonesia sekitar 60% terdapat di Jawa bagian barat yang meliputi tiga propinsi yang terdiri dari Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta serta penyakit hewan menular, banyak ditemukan di kawasan tersebut.

Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Subang merupakan balai percontohan dan akan dijadikan pusat pelatihan dan referensi  nasional. Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 34/Kpts/PD.620/1/2009 tanggal 15 Januari 2009, diterbitkan SK struktur organisasi yaitu Laboratorium Penyidikan dan Pengujian Veteriner (LPPV) Subang. Berdasarkan hasil penilaian dari Menpan SK Nomor : 38.1/permentan/OT.140/8/2009 tanggal 31 Agustus 2009, maka Laboratorium  ini berubah menjadi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Subang dan diresmikan oleh Menteri Pertanian  pada tanggal 12 Agustus tahun 2009.

Balai Veteriner merupakan laboratorium pengujian hewan. Setiap minggu Balai Veteriner mengadakan kegiatan ke lapangan untuk pengambilan sampel hewan, seperti anjing, kucing dan khususnya hewan ternak. Selain itu juga memberikan pelayanan lain seperti memberikan vitamin dan pengobatan.

Medik Veteriner, Laboratorium Bakteriologi, drh. Ali Rahmawan, menyebutkan terdapat enam laboratorium di Balai Veteriner yaitu Epidemiologi, Serologi, Biomolekuler, Bakteriologi, Parasitologi, Patologi, Kesmavet, dan Virologi.

Di laboratorium kesmavet ada juga badan POM khusus hewan. Nantinya, kesmavet akan mengambil sampel daging hewan dan mengujinya di laboratorium. Namun biasanya, hewan yang akan diuji jarang dibawa langsung ke balai.

“Namun terkadang ada juga hewan yang dibawa kesini, misalnya  kucing yang akan dibawa ke luar daerah dan membutuhkan surat keterangan kesehatan hewan dari dokter. Dokter hewan tersebut harus mengurus ke laboratorium untuk memastikan kucing tersebut bebas rabies,” papar Ali.

Balai Veteriner Subang bertugas melakukan monitoring di tiga provinsi, yaitu provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Untuk satu provinsi, ada 9 tim yang ditugaskan dan masing-masing tim terdiri dari tiga orang. Monitoring itu bertujuan untuk mengambil sampel hewan dari daerah-daerah provinsi tersebut, di antaranya sampel serum, darah, dan lain-lain.  Setelah pengambilan sampel dari lapangan, tim kemudian akan membawa sampel ke Balai Veteriner dan melakukan pengujian.

Screening Test

Untuk pengujian, Balai Veteriner menggunakan metode screening test. Pengujian itu memerlukan beberapa tahap dikarenakan dengan sekali pengujian tidak bisa langsung dikatakan positif berpenyakit. Misalnya, jika hewan yang diuji hasilnya positif mengidap rabies maka hewan tersebut harus dikarantina dan divaksinasi. Dan jika hewan rabies itu menggigit manusia maka besar kemungkinan orang tersebut akan meninggal dalam dua sampai tiga hari.

“Dalam melakukan monitoring, Balai Veteriner bekerja sama dengan dinas kesehatan hewan setempat jika akan melakukan penyuluhan dan monitoring. Misalnya saat screening di Bekasi, saat CFD diadakan vaksinasi rabies gratis untuk masyarakat yang memiliki hewan peliharaan,” jelas Ali.

Menurut penjelasan Ali, penyakit stratifies hewan ternak itu di antaranya ada rabies, antraks, kolera, dan flu burung. Karena balai ini merupakan tempat pengujian penyakit hewan, maka fokus mereka lebih kepada hewan ternak. Maka penyakit yang diuji adalah penyakit hewan besar dan unggas.

“Karena penyakit hewan itu ada beberapa macam, maka pengujiannya juga ada beberapa macam tergantung penyakitnya. Misalnya penyakit antraks, pertama diambil darahnya dan dimikroskop, selanjutnya dilakukan isolasi dan yang terakhir bio-tech,” terangnya.

Untuk pengujian yang cepat dilakukan dengan screening test, namun cara tersebut kurang akurat sehingga dilakukan lagi pengujian seperti PCR dan isolasi. Namun, isolasi tersebut membutuhkan waktu yang lama. Metode yang terakhir itu adalah bio-tech, yang merupakan andalan di Balai Veteriner namun membutuhkan biaya yang cukup mahal.

Persiapan Ramadhan

Menurut keterangan Ali, Balai Veteriner  biasanya menurunkan tim Kesmavet ke pasar-pasar saat menjelang Bulan Ramadhan. Tim diturunkan untuk mengambil sampel khusus produk-produk hewan ternak seperti daging, telur, dan lain-lain. Karena biasanya saat menjelang bulan ramadhan banyak isu tentang antraks dan penyakit hewan lainnya. Maka dari itu, ahli medik di Balai Veteriner melakukan pengujian tentang antraks. Dan menjelang Idul Adha, biasanya mereka akan melakukan pengambilan sampel hewan kurban.

 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page